Pernahkah sejenak engkau mencuri waktu sedetik untuk mengamati
Memprioritaskan hari, memandangi sebuah raut wajah
yang telah renta dimakan usia saat dia sedang terlelap?
Setelah dia lelah menahan beban tubuh yang
terkadang ia sudah tak mampu untuk menopang, kala tulang persendian kian rapuh,
tak sekuat lagi seperti ia menahan
embriomu selama sembilan bulan,
Tanpa mengeluh... dia membawa beban
Tanpa mengeluh dia mengelap peluh
Antara hidup dan mati dia melahirkan engkau ke
dunia ini, menahan rasa sakit saat konstraksi, sebuah rasa yang tak bisa untuk
diuraikan dengan sebuah kata betapa sakitnya....
Dan tangismu... bagaikan kidung merdu hempaskan
semua penat, berganti dengan senyum kebahagiaan...
Dia menjagamu, tanpa pamrih, tanpa imbalan menemani
hari – harimu, dengan sabar ia dengarkan celoteh manjamu, dengan kedua
tangannya ia membimbingmu dan menahanmu, agar engkau tak terjatuh menjalani kerasnya
kehidupan,
Meski terkadang dia harus menahan lapar dan haus,
agar engkau tak perlu merasa kekurangan,...
Meski sepanjang malamnya dia harus terjaga, menahan
kantuk, saat engkau sakit
Dia ihklas melakukan itu semua...tanpa menuntut
engkau membalasnya.
Tak pernahkah engkau menatapnya, saat wajah itu
mulai berkerut...
Dan tangan – tangannya sudah tak sekuat lalu, waktu
engkau selalu merengek meminta gendong...
Lalu kini, setelah engkau dewasa, setelah engkau
merasa memiliki segalanya, mengapa Dia engkau abaikan....
Mengapa engkau tak sabar menahan celotehnya,
seperti begitu sabarnya dia dulu mendengarkan celotehmu saat engkau masih dalam
dekapan hangatnya
Mengapa engkau tak ikhlas menemani Dia,
Mengapa engkau tak mampu bertahan dengan Nya,
Mengapa engkau selalu mengeluh, mengatakan hal
buruk tentang ibumu ?
bukankah dulu Ibu adalah segalanya bagimu,
24 jam waktunya dia habiskan untuk merawatmu, Tanpa
bayaran, tanpa upah...
Kenapa engkau membentaknya, saat dia dengan sisa
umurnya kembali seperti masa dia menjadi seorang anak,
tak sadarkah engkau...
Dia terluka, Dia menangis....Dia sendiri
Akan tetapi dia tak pernah menunjukkan rasa
sedihnya dihadapanmu, dia hanya menginginkan engkau bahagia, Engkau tak
menyadari betapa berat perjuangan hidupnya hingga menjadikan engkau seorang yang
sempurna... dan dengan kesempurnaan mu itu engkau abaikan ibumu....
Taukah engkau....Kesempurnaanmu berasal dari
peluhnya yang mengucur selama bertahun
tahun, kesempurnaan hidupmu adalah Ijabahnya doa yang dia tengadahkan kelangit....
Jika kasih sayang ibumu kau ganti dengan sebuah
materi, dunia ini tak akan mampu untuk membelinya....
Engkau yang masih memiliki ibu...
Bersyukurlah masih ada kesempatan bagimu untuk
menjadikan dia ladang surgamu
Bersabarlah saat dia tak sesuai dengan
keinginanmu...
Karena kelak engkaupun akan berada pada posisi
sebagai ibumu...
Jangan meninggalkannya.... hanya untuk mencari
kebahagiaan dirimu..
Sebab dulu dia melupakan kebahagiaannya hanya untuk
menjagamu...
Palu, 19 November 2018
#Elis N Hasibuan
0 komentar:
Posting Komentar