Sabtu, 24 November 2018

Sebuah kenangan tentang Dia

            Serasa menggelitik,Tentang nama dan seraut wajah entah mengapa tiba tiba hadir dalam benakku, wajah yang dengan samar samar masih terekam di memori kepalaku, Nama yang sudah sedikit asing untuk kupanggil, sebab lamanya waktu berlalu, ada sebuah tanya yang mengusikku, riak hatiku menduga, Mengapa aku terpikir tentangnya? Aku mengenalnya, 14 tahun yang silam, tahun 2004, di atas kapal Nggapulu, saat aku beranjak pergi meninggalkan kota Sorong, Menuju Makassar "Anging Mamiri" kota yang memberikan aku kenangan, kota yang memberikan aku pengalaman hidup, dan kota yang telah meninggalkan setitik pil pahit, yang dengan terpaksa aku harus menelannya...Kota... Terakhir kalinya aku memandang senyum yang engkau hadiahkan untukku...meski senyum itu berakhir dengan kepalsuan dan kebencian. 

          Dan aku tak pernah menduga jika akhir sebuah kisah , menjadi berita di harian kota hatimu, dramatis dan dilematis. Ternate, Waktu subuh kapal bersandar di dermaga, Pulau yang terkenal kala itu, habis terjadi kerusuhan, dan masih nampak sisa sisa bangunan yang terbakar di sekitarnya.

           Akupun dengan rasa penasaranku mencoba turun ke dermaga, sembari mencari pengganjal perut, meski berdesak desakan aku menikmatinya, ku ayunkan langkahku sambil menikmati puing puing bangunan reruntuhan, nampak menghitam, dan bulu kudukku merinding, aku harus kembali.. Di Dek empat, kelas ekonomi, tempatku kala itu, kalau naik kapal aku lebih suka mengambil kelas ekonomi, ketimbang kelas 3,2 atau 1, karena bagiku kelas ekonomi lebih nyaman dan tentunya rame, banyak lagi kenalan . Di bagian ini aku paling suka, karena akan ada lagi daftar teman baru. 

        Hanya saja yang paling gak nyenengin saat harus ngantri di kamar mandi, Dan biasanya aku gak ngambil jatah makanan, soalnya menunya gak cocok di lidah selain itu males nunggu lama. Tiba tiba kamu muncul di lorong, berdesak desakan diantara berjejalnya penumpang, mencari tempat, pucat dan kelelahan terbias di wajahmu, dan dengan sabar nya seorang lelaki menggandeng erat tanganmu, mencoba melindungi tubuhmu, dari senggolan buruh bagasi yang berlalu lalang membawa beban di pundak mereka. Muncul sisi feminimnya hati ini, tak berdaya melihat wajah yang sedemikian pucat, berdiri diantara desakan tubuh tubuh yang saling mendorong, ku coba memberanikan diri dan bertanya,

         "Maaf, Kakak ayo sini, duduk dulu!, Mau kemana?" ajakku saat itu dengan memberikan senyum termanisku. Pertamakali aku melihatnya, aku mengaguminya, wajah itu begitu manis dan lembut, dengan jilbab besar dan baju syari menutupi Auratnya, ia nampak begitu anggun. Karena aku paling suka ngelihat wanita wanita yang memakai baju syari dengan gamisnya. Apalagi kalau saat jalan jalan kerumah sakit dan ngilahat coas dari malasyia memakai baju kurung, masyaa Allah sungguh begitu sempurna rasanya Allah menciptakan Makhluknya. 

        " Ke Makassar Dek " Sebuah kebetulan, tujuan kami sama, Akhirnya kamipun bercerita panjang lebar, setelah aku menawarkan untuk sama sama di tempat tidurku, saat itu sebelah saya kosong, orangnya sudah turun. Dan kemudian aku mengetahui lelaki yang menggandeng tanganmu adalah suamimu. dan saat itu engkau lagi hamil 2 bulan. Menikah muda, gumamku dalam hati, impianku kala itu bahwa akupun ingin menikah muda, bersama dia ~ Mantan terburuk... 

        " Nitha," kau sebutkan namamu sambil mengulurkan tangan untuk berjabat, masih kuliah semester akhir, di perguruan tinggi bersebelahan dengan tempat kuliahku, yang beritanya selalu ramai di tranding topik "Tawuran". Ke Ternate ke rumah mertua, dan suamimu hanya mengantarkan sampai di atas kapal. Setelah merasa aman, suamimu meninggalkanmu .

         "Tega" desisku. Banyak hal diskusi yang kita diperdebatkan, selain anggun nampaknya engkau juga smart, apalagi tentang agama, dan hijab. banyak hal yang belum aku ketahui, aku semakin mengagumimu, bagiku engkau wanita dan istri yang hebat. Dan akhirnya tibalah di Makassar, engkau memberikan aku kenangan sebuah buku, judulnya Istikharah, engkau menyuruhku, saat aku sedang bingung ,istikharahlah Allah akan menjawab semua doa doamu. Dan Bodohnya saat itu aku tak pernah bertanya dimana engkau tinggal. dengan haru engkau memelukku, dan perlahan melepaskan rangkulan tanganmu, 

         "Semoga kita bertemu lagi dhek" bisikmu lirih, aku mengangguk pelan, langkah kita berbeda arah.... Dua Tahun setelah itu, aku bertemu lagi denganmu "kak Nitha". Dunia ini sempit. Saat aku di sebuah travel, hendak beli tiket kapal laut ke Surabaya (Paling hobi kalau libur semester jalan jalan). Surabaya tujuan liburan semesterku saat itu. 

        "Elis" panggilmu, aku celingukan mencari sumber arah suara itu. masih dengan cuek, tatapanku tertuju pada Dua orang wanita muda, yang satu wanita rambutnya terurai warna pirang, memakai celana jeans yang sedikit menjerit membalut kaki, duduk diatas motor. Sedikit memicingkan mata aku mencoba mengenali, tapi gak ingat entah dia siapa... 

        "Elis ya," tanyamu mencoba untuk memastikan. 
        "Iye, Maaf dengan siapa ya?" agak keheranan aku bertanya. 
         "Kak Nitha lis, dah gak ingat ya, dulu yang kita ketemu di kapal" 
     "Hah" agak sedikit teriak, aku terkejut, kaget, gak percaya, sosok yang berdiri di hadapanku ini adalah kak Nitha, Dimana jilbab dan baju gamisnya di tanggalkan?, Shok, benar benar... ada apa denganmu kak Nitha, kenapa engkau menyerah dengan dunia, yang ku anggap engkau wanita soleha dan sempurna, mengapa dengan mudah menaggalkan atribut dan identitas muslimmu, aku mengagumimu dulu..... itulah terakhir aku bertemu denganmu, di travel itu tahun 2006. dan setelah itu aku tak pernah melihatmu lagi, begitu banyak pertanyaan yang ada di benakku kala itu, tetapi aku tak punya keberanian untuk menanyakan privasimu. Kini, setelah bertahun tahu berlalu, mengapa aku mengingatmu, Seandainya Allah masih memanjangkan umurmu, aku hanya ingin berdoa semoga Engkau Istiqomah k3mbali dengan Hijabmu semoga Allah tak kan membolak balikkan hatimu Dan semoga Allah senantiasa melindungimu.

0 komentar: