Minggu, 24 Februari 2019

Andai bisa ku sebut engkau Mantan

Siluet senja itu, sedikit memerah kemudian meredup dan masih dengan sinar panasnya, sedikit terik, ku coba terus menatap setiap gulungan ombak yang beriak, saling berkejaran berharap siapa yang menjadi juara untuk mencapai bibir pantai itu... Gemuruh ombak berderai, sesekali cipratan airnya mengenai muka, ku usap dan kubiarkan tatapanku bersama dengan anganku, entah akan bermuara kemana.

Ada gemeretak pilu, yang tanpa aku sadari sejak kapan ia menggerogoti hatiku, menawanku dalam ikatan yang tak bisa aku pahami, ataupun untuk aku mengerti. Camar terbang bebas, sesekali mulut nya menyambar mencari mangsa, dan dengan kepakan indahnya ia tak letih bergulung dengan ombak, begitu kuat dan tangguhnya, bahkan sepertinya tak perduli, bahwa bahaya siap menerjangnya ketika ia lengah. Kemudian dengan gerombolannya mereka mulai terbang menjauh, pulang ke kandang, saat waktu menunjukkan mulai petang.

Aku mulai mendesah, gelisah, entah apa yang akan aku lakukan, kala petang mulai menjelang, inginku tinggalkan kenangan pahitku, di sini di tepian pantai, biarkan ia di gulung ombak, biarkan ia hanyut dan karam di terjang karang, atau mungkin biarkan ia mengendap di pantai selatan. Bibirku kaku, mataku nanar, sedikit panas dan bahuku mulai terguncang, aku menangis, tersedu, tanpa suara. Andai aku bisa meneriakkan rasa sakitku, lukaku dan semua kenangan pahit yang telah engkau bingkai di kepingan hatiku, aku ingin engkau pergi jauh, dari kehidupanku, dari dunia yang kuanggap salah, telah membawamu kembali di hariku yang tak pernah, aku menganggap engkau berarti, hadirmu sungguh tak ada nilai,

 Dulu,aku memang mengharapkanmu, dan sering menantimu, hingga aku mulai bosan dan jenuh untuk menunggu, lalu aku kuatkan keyakinanku, aku mampu menggapai impianku tanpa dirimu, Aku mulai menghapus semua kenangan buruk tentangmu, yah..hanya kenangan buruk yang menjadi ingatanku, engkau tak pantas dan sungguh begitu hina, hingga aku merasakan jijik terhadapmu, menyebut namamu seolah lidahku kelu, engkau yang tak memberikan andil dalam hidupku dan tiba tiba saja engkau berharap sesuatu yang lebih dari diriku, Memangnya engkau siapa??? Andai saja aku bisa menyebutmu mantan Bapak, andai Tuhan mengizinkan aku melakukan hal itu, sungguh hal ini tak adil buatku, Aku marah pada Mu, mengapa Engkau datangkan dia kepadaku, biarkan aku damai dengan kehidupanku, dan juga kehidupanmu, Aku tak pernah merindukanmu, sedetikpun tidak, justru aku merasa jijik melihatmu, dan harus kah aku dalam sandiwaraku, berperan seolah olah diantara kita baik baik saja, tidak, aku sedang tidak baik. Ingatan untukku tentang dirimu, tak bisa aku hapus begitu saja, ia melekat dan seolah olah menerorku, diantara bayangan hitam, begitu kelam, seperti kehidupan yang telah engkau lalui, dan perbedaan itu. Semakin menguatkan hatiku untuk menjauh darimu.

Maafkan aku jika aku tak bisa merindukanmu, maafkan aku jika aku tak mampu memanggilmu Bapak, maafkan aku jika aku tak bisa sepenuhnya memberikan hati ini untukmu. Tuhan...jangan salahkan aku, jika aku tak bisa menerima semua taqdirMu, aku sedang berusaha, aku sedang menerima, tapi aku tak berdaya,

 Tuhan.... Sungguh aku tak sedang melawan takdir Mu, dan mengingkari semua itu, hanya saja aku tak bisa berkompromi dengan hatiku.. Aku sedang berjuang ya Tuhan... Berjuang untuk menjadi umatMu, yang Ikhlas menerima peran yang telah Engkau tuliskan di Lauhul mahfuz... Petang...semakin menjelang, ayo pulang, satu pintaku dan akupun tau, Engkau tak kan pernah mengizinkan itu..

 # INGIN AKU MEMANGGILNYA MANTAN BAPAKKU #

0 komentar: